Sunday, October 30, 2016

Tata Busana Dalam Seni Teater

Tata Busana Dalam Seni Teater



1.    Pengertian Tata Busana

Tata busana sangat berpengaruh terhadap penonton, karena sebelum seorang pemeran didengar dialognya terlebih dahulu diperhatikan penampilannya. Maka dari itu, kesan yang ditimbulkannya pada penonton mengenai dirinya tergantung pada yang tampak oleh mata penonton. Pakaian  yang tampak pertama kali akan membantu menggariskan karakternya, kemudian dari pakaiannya juga akan memperkuat kesan penonton. Sebelum membicarakan itu semua maka terlebih dahulu kita mengetahui tentang istilah tata busana pentas atau kostum pentas.
Segala sandangan dan perlengkapannya (accessories) yang dikenakan di  dalam pentas disebut dengan tata pakaian pentas. Bahkan bisa pemeran atau penari dalam pentas mengenakan pakaiannya sendiri, maka pakaian itu beserta perlengkapannya menjadi kostum pentasnya. Busana pentas meliputi semua pakaian, sepatu, pakaian kepala dan perlengkapannya, baik yang kelihatan maupun yang kelihatan oleh penonton.
2.    Bagian-bagian Busana Pentas

Secara garis besar kostum dapat dibedakan atau digolongkan menjadi lima kelompok yaitu : Busana dasar, busana kaki, busana tubuh, busana kepala dan perlengkapan-perlengkapan atau accessories.

a.     Busana dasar
yaitu bagian dari busana yang entah kelihatan maupun yang tidak terlihat, gunanya untuk membuat indah pakaian yang terlihat. Busana ini juga untuk membuat efek yang diperlukan dalam sebuah pertunjukan. Busana ini bisa berbentuk korset, stagen, rok simpai atau busana untuk membuat perut gendut, pinggul yang besar atau untuk membuat pemeran tampak gemuk. Contoh yang paling sederhana yaitu pakaian badut.

b.     Busana kaki
yaitu busana yang digunakan untuk menghias kaki pemeran. Busana ini bisa terdiri dari kaos kaki, sepatu ( olah raga, periodisasi, klasik, modern, kesatuan atau seragam dan lain-lain), sandal (modern, tradisional, klasik, rakyat atau keratin) sepatu atau sandal dari suku atau Negara tertentu yang mempunyai ciri khas tersendiri.

c.      Busana tubuh atau body
yaitu busana yang dipakai tubuh dan  kelihatan oleh penonton. Busana ini meliputi blus, rok, kemeja, celana, jaket, rompi, jas, sarung dan lain-lain. Busana ini bisa pakaian tradisional dari suatu daerah, busana kenegaraan, busana modern atau busana fantasi yang diciptakan untuk tujuan pementasan dengan lakon tertentu.

d.     Busana kepala
yaitu pakaian yang dikenakan di kepala pemeran, termasuk juga penataan rambut. Corak pakaian kepala tentu saja tergantung dari corak busana yang akan dikenakan. Pakaian kepala dapat dimanfaatkan sebagai tanda atau pencitraan seorang pemain di atas pentas. Misalnya seorang raja ditandai dengan pemakaian mahkota, orang jawa dengan blangkonnya atau cowboy dengan topi laken. Gaya rambut juga kadang-kadang dimasukkan kedalam pakaian kepala meskipun ini termasuk bagian dari tata rias. Busana dan tata rias sangat erat kaitannya dengan melukiskan peranan hingga kedua hal tersebut perlu diperhatikan bersama.

e.      Perlengkapan-perlengkapan/accessories
Accessories yaitu pakaian yang melengkapi bagian-bagian busana yang bukan pakaian dasar atau yang belum termasuk dalam busana dasar, busana tubuh, busana kaki dan busana kepala. Pakaian ini ditambahkan demi efek dekoratif, demi karakter atau tujuan-tujuan lain. Misalnya kaos tangan, perhiasan, dompet, ikat pinggang, kipas dan sebagainya.

f.       Properties 
yaitu benda atau pakaian yang berguna untuk membantu akting permainan. Perbedaan antara accessories dan propertiestidaklah begitu jelas, seringkali yang sedianya untuk  properties tetapi kemudian berubah menjadi accessories begitu juga sebaliknya. Umpamanya, dompet yang dibawa oleh seorang pemeran hanya untuk melengkapi efek kostum adalah accessories, tetapi bila dompet tersebut digunakan untuk membantu akting maka dompet tersebut menjadi properties. Kemudian mantel dan topi yang harus ada pada tempatnya bila adegan mulai, atau yang dibawa oleh pelaku lain, ini dipandang sebagai properties, tetapi kalau mantel dan topi itu digunakan oleh pelaku maka ini disebut sebagai kostum. Jadi suatu accessories yang dikenakan oleh pemeran apabila tidak digunakan untuk membantu acting permainan maka tetap disebut sebagai accessories tetapi kalau barang itu digunakan untuk membantu permainan maka disebut dengan properties. Begitu juga dengan busana kalau tidak digunakan untuk main maka disebut sebagai properties tetapi kalau digunakan pada waktu permainan maka disebut sebagai kostum.

3.    Tujuan dan Fungsi Tata Busana

Dalam pementasan tidak perlu perlengkapan kostum yang mahal tetapi yang diperlukan adalah efek dari kostum tersebut pada pementasan. Tata busana mempunyai tujuan yaitu :
·        Membantu penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi peranan.

·        Membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan peranan yang lain, misalnya sebuah seragam kesatuan.
Agar busana pementasan mempunyai efek yang diinginkan, maka busana harus menunaikan beberapa fungsi tertentu yaitu :

·      Membantu menghidupkan perwatakan pelaku, artinya sebelum dia berdialog, busana yang dikenakan sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya, umurnya, kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya. Bahkan tata busana dapat menunjukkan hubungan psikologisnyadengan karakter-karakter lainnya.

·        Membantu menunjukkan individualisasi peranan, artinya warna dan gaya tata busana harus dapat membedakan peranan yang satu dengan peranan yang lain.

·        Membantu memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku, artinya pelaku harus dapat melaksanakan laku atau akting perannya tanpa terganggu oleh busananya.
Busana tidak harus dapat memberi bantuan kepada pelaku tetapi busana harus sanggup menambah efek visual gerak, menambah indah dan menyenangkan dilihat disetiap posisi yang diambil pelaku. Hal ini sebagian besar tergantung pada temperamen dan kerja sama antara pelaku dan perencana. Pelaku yang pandai dan cukup latihan biasanya dapat menguasai busana yang sulit untuk dapat mencari efek visual yang menarik.

4.    Macam-macam Tata Busana

Dalam penampilannya macam busana pentas bisa digolongkan dalam berbagai bentuk yaitu: busana historis, modern, nasional, tradisional, sirkus, fantastis, hewan dan sebagainya.

-         Busana Historis
yaitu bentuk busana pentas yang spesifik untuk periode-periode berdasarkan sejarah dari kejadian lakon. Misalnya busana jaman Napoleon adalah serba ketat untuk pria dan jurk menjurai di atas lantai dengan rumbai dan rampel meriah bagi wanita. Busana pentas kerajaan Mojopahit akan berbeda dengan kerajaan Mataram.

-          Busana Modern 
   yaitu bentuk busana pentas yang digunakan tak berbeda dengan pakaian yang digunakan sehari-hari dimasyarakat.
 
-         Busana Tradisional 
    yaitu bentuk busana yang menggambarkan karakteristik spesifik secara simbolis dan distilir. Busana seperti ini  seringkali berlatar belakang sejarah terutama yang berhubungan dengan karakter tradisional, periode dan tempat yang khusus.

-     Busana nasional yaitu busana yang menggambarkan secara khas dari suatu negara dan yang bersangkutan secara historis dan nasional. Misalnya busana tentara Jerman jaman Nazi atau tentara jepang diperang dunia II.



5.    Cara Merencanakan

Sebelum kita merancang busana untuk sebuah pementasan maka ada yang perlu kita pelajari adalah sebagai berikut.

·        Belajar tentang kehidupan dan watak yang akan dibawakan oleh pemeran, dengan cara bersama-sama menganalisa naskah.
 
·        Penelitian tentang periode sejarah dan busana nasional peran yang akan dibawakan, dengan cara meneliti sumber-sumber yang ada, buku teks perihal tentang kostum, juga harus diteliti dokumen-dokumen, naskah-naskah perpustakaan yang memiliki bahan-bahan yang serupa dengan cerita yang akan dibawakan.

Tata Rias Dalam Teater

Tata Rias Dalam Seni Teater


1.     Pengertian Tata Rias

Tata rias disini adalah tata rias pentas, jadi segala sesuatu harus ditujukan untuk membentuk artistik yang mendukung pemeran dalam sebuah pementasan lakon. Tata rias yaitu bagaimana cara menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah atau gambaran peran yang akan dimainkan. Sebagai contoh seorang pemeran dalam kehidupan sehari-hari mungkin dikenal sebagai seorang pelajar, tetapi dipanggung dia akan menjadi manusia lain, menjadi seorang pemeran yang digariskan oleh seorang penulis lakon.
Hal yang perlu diperhitungkan dalam tata rias pentas yaitu : jarak antara penonton dengan yang ditonton dan intensitas penyinaran lampu. Dengan memperhitungkan daerah pandang penonton yang mempunyai jarak antara 4 sampai 6 meter maka akan mempengaruhi tebal-tipisnya tata rias. Begitu juga dengan intensitas cahaya dan warna cahaya akan sangat mempengaruhi warna dan kejelas sebuah tata rias.

2.     Tugas dan Fungsi Tata Rias

Tugas tata rias yaitu membantu memberikan dandanan atau perubahan-perubahan pada para pemain sehingga terbentuk dunia pentas dengan suasana yang kena dan wajar. Tugas ini dapat merupakan fungsi pokok, dapat pula sebagai fungsi bantuan. Sebagai fungsi pokok, misalnya tata rias ini mengubah seorang gadis belia menjadi nenek tua atau seorang wanita memainkan peranan sebagai seorang laki-laki atau sebaliknya. Sebagai fungsi bantuan, misalnya seorang gadis muda harus memainkan peranan sebagai gadis muda, tetapi masih harus memerlukan sedikit riasan muka atau rambut dan hal-hal kecil lainnya.

3.     Kegunaan Tata Rias

a.       Merias tubuh berarti merubah hal yang alami menjadi hal yang berguna artinya dengan prinsip mendapatkan daya
guna yang tepat. Bedanya dengan rias cantik adalah kalau rias cantik merubah hal yang jelek menjadi cantik
sedangkan rias untuk teater adalah merubah hal yang alami menjadi hal yang dikehendaki.

b.      Mengatasi efek tata lampu yang kuat.

c.  Membuat wajah dan badan sesuai dengan peranan yang dimainkan atau dikehendaki.

4.     Faktor-faktor yang perlu Diperhatikan dalam Tata Rias

·        Rata dan halusnya base. Base yaitu bahan yang berguna untuk melindungi kulit dan untuk memudahkan pelaksanaan dan penghapusan tata rias.
 
·        Kesamaan Foundation. Foundation yaitu bedak dasar yang memberikan dasar warna kulit sesuai dengan warna kulit peran.

·        Penggunaan garis-garis yang layak. Garis-garis ini berguna untuk memperjelas anatomi muka, batas-batas bagian wajah (alis, mata, keriput-keriput).

·        Harmoni antara sinar dan bayangan-bayangan. Highlight dan shadow memeberi efek bahwa manusia itu tiga dimensional.

5.     Bahan-bahan Tata Rias

a. Base, yang termasuk ini adalah bedak dingin atau coldcream. Cara memakainya dengan mengambil dengan telunjuk, letakkan pada bagian yang menonjol, gosok dengan cara memutar sampai rata.

b.  Foundation, ada dua macam yaitu stick dan pasta. Cara menggunakannya sama dengan Base.

c. Lines, gunanya untuk memberi batas anatomi muka. Macamnya ada Eyebrow pencil (membentuk alis dan memperindah mata), Eyelash (membentuk bulu mata agar melengkung),  Lipstick, Highlight dan Shadow (menciptakan efek tiga dimensi pada muka), Eyeshadow (membentuk dimensi pada mata).

d.  Rouge, gunanya untuk menghidupkan  pipi dekat mata, tulang pipi, dagu, kelopak mata antara hidung dan mata.

e. Cleansing, gunanya untuk membersihkan segala tata rias dan juga sebagai nutrient dan pengobatan padan kulit.




6.     Macam-macam Tata Rias
a.     Rias Jenis yaitu rias yang  dilakukan untuk merubah jenis seorang pemeran, dari laki-laki menjadi wanita atau sebaliknya.
 Hasil gambar untuk rias jenis

b.     Rias Bangsa yaitu rias yang berfungsi untuk merubah seorang pemeran yang harus memainkan peranan bangsa lain. Misalnya orang Indonesia memerankan tokoh berbangsa Afrika. Jadi harus tahu ciri-ciri setiap bangsa yang menjadi ciri khas.

Hasil gambar untuk rias jenis


c.      Rias usia yaitu rias yang berfungsi untuk merubah seorang pemeran menjadi orang lain yang usianya lebih tua dari
usia pemeran yang asli. Dalam rias rias ini perlu megetahui tentang anaomi manusia dan berbagai tingkat umur, Ketuaan pada wajah biasanya ditandai dengan kerut pada bibir, dahi dan sudut mata.

Hasil gambar untuk rias usia

d.    Rias tokoh yaitu rias yang berfungsi untuk merubah seorang pemeran menjadi tokoh lain. Rias ini termasuk rias yang agak sulit karena adanya hubungan antara bentuk luar dan watak seseorang. Misalnya rias tokoh untuk seorang pelacur atau perampok. Rias tokoh sama dengan rias watak.

e.  Rias temporal yaitu rias yang berfungsi untuk membeda-bedakan waktu. Misalnya rias sehari-hari akan berbeda dengan rias mau ke pesta.

f.  Rias aksen yaitu rias yang berfungsi untuk mempertegas aksen seorang pemeran yang mendekati peran yang akan dimainkan. Misalnya Pemuda Jawa akan memainkan peranan sebagai pemuda Jawa.

g.     Rias lokal yaitu rias yang ditentukan oleh tempatnya. Misalnya rias seorang petani di sawah akan berbeda dengan petani tapi sudah dirumah.


Jenis - Jenis Panggung Teater

Jenis - Jenis Panggung Teater



Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi antara kerja penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton menangkap maksud cerita yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai maksud yang dinginkan. Seperti telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis panggung tetapi dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan. Ketiganya adalah panggung proscenium, panggung thrust, dan panggung arena. Dengan memahami bentuk dari masingmasing panggung inilah, penata panggung dapat merancangkan karyanya berdasar lakon yang akan disajikan dengan baik.

  1.      Panggung Jenis Arena

       Hasil gambar untuk panggung arena

Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung (Gb.274). Penonton sangat dekat  sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.

Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti dari pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan penonton dengan pemain. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik tersendiri baik bagi pemain dan (terutama) tata panggung. Karena jaraknya yang dekat, detil perabot yang diletakkan di atas panggung harus benar-benar sempurna sebab jika tidak maka cacat sedikit saja akan nampak. Misalnya, di atas panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika bentuk ukiran yang ditampilkan tidak nampak sempurna – berbeda satu dengan yang lain – maka penonton akan dengan mudah melihatnya. Hal ini mempengaruhi nilai artistik pementasan.

Lepas dari kesulitan yang dihadapi, panggun arena sering menjadi pilihan utama bagi teater tradisional. Kedekatan jarak antara pemain dan penonton dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi langsung di tengah-tengah pementasan yang menjadi ciri khas teater tersebut. Aspek kedekatan inilah yang dieksplorasi untuk menimbulkan daya tarik penonton. Kemungkinan berkomunikasi secara langsung atau bahkan bermain di tengah-tengah penonton ini menjadi tantangan kreatif bagi teater modern. Banyak usaha yang dilakukan untuk mendekatkan pertunjukan dengan penonton, salah satunya adalah penggunaan panggung arena. Beberapa pengembangan desain dari teater arena melingkar dilakukan sehingga bentuk teater arena menjadi bermacam-macam.

Masing-masing bentuk memiliki keunikannya tersendiri tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan pemain dengan penonton.


  2.    Proscenium

       Hasil gambar untuk panggung Proscenium


Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah akting pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah (Gb.276). Dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton. Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat bermain dengan leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.


Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu arah dari penonton. Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman panggung (luas panggung ke belakang). Gambar dekorasi dan perabot tidak begitu menuntut kejelasan detil sampai hal-hal terkecil. Bentangan jarak dapat menciptkan bayangan arstisitk tersendiri yang mampu menghadirkan kesan. Kesan inilah yang diolah penata panggung untuk mewujudkan kreasinya di atas panggung proscenium. Seperti sebuah lukisan, bingkai proscenium menjadi batas tepinya. Penonton disuguhi gambaran melalui bingkai tersebut. Hampir semua sekolah teater memiliki jenis panggung proscenium. Pembelajaran tata panggung untuk menciptakan ilusi (tipuan) imajinatif sangat dimungkinkan dalam panggung proscenium.

Jarak antara penonton dan panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan gambaran kreatif pemangungan. Semua yang ada di atas panggung dapat disajikan secara sempurna seolah-olah gambar nyata. Tata cahaya yang memproduksi sinar dapat dihadirkan dengan tanpa terlihat oleh penonton dimana posisi lampu berada. Intinya semua yang di atas panggung dapat diciptakan untuk mengelabui pandangan penonton dan mengarahkan mereka pada pemikiran bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kenyataan. Pesona inilah yang membuat penggunaan panggung proscenium bertahan sampai sekarang.


  3.    Thrust


       Hasil gambar untuk panggung Proscenium
Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung (Gb.277). Panggung thrust nampak seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium.

Gedung Teater Di Jakarta


Gedung - Gedung Teater Di Jakarta



Halooo!! Kali ini saya akan mendeskripsikan beberapa gedung teater yang wajib teman-teman kunjungi di daerah Jakarta. Langsung saja simak artikel di bawah ini.

1.     Taman Ismail Marzuki – Jl. Cikini No. 73, Jakarta Pusat.
Digagas pembangunannya oleh Ali Sadikin yang kala itu tengah menjabat sebagai Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, TIM mulai beroperasi sebagai pusat kesenian pada 10 November 1968. Ali Sadikin saat itu gundah melihat perpecahan yang lazim terjadi karena perbedaan pandangan politik di kalangan seniman. Maka TIM dimaksudkannya sebagai sebuah melting pot bagi para seniman dari berbagai disiplin seni untuk berekspresi dan berkarya. Hingga hari ini, TIM masih menjadi pusat kesenian penting di Jakarta. Memiliki tiga gedung pertunjukan, yakni Graha Bhakti Budaya, Teater Jakarta dan Teater Kecil, TIM juga memiliki ruang pamer untuk seniman senirupa Galeri Cipta 1 dan 2. Di area Institut Kesenian Jakarta yang bersambung dan berada di bagian belakang TIM, juga terdapat satu gedung pertunjukan, Teater Luwes yang selain digunakan untuk pertunjukan karya mahasiswa IKJ juga sering digunakan untuk pertunjukan seniman di luar IKJ.

2.     Gedung Kesenian Jakarta – Jl. Gedung Kesenian No. 1, Pasar Baru, Jakarta Pusat. 
Bangunan putih berdesain neo renaissance ini berdiri pada 1814. Digagas pendiriannya oleh gubernur Belanda Daendles, gedung ini baru benar-benar berdiri pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Stamford Raffles. Sejarah panjang menyertai gedung yang tak selalu berfungsi sebagai gedung pertunjukan ini. Banyak peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang terjadi di GKJ. Misalnya kongres Pemuda pertama pada 1926 atau peresmian Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden Sukarno. Pernah pula ia digunakan sebagai kampus, dan bioskop sebelum akhirnya kembali ke fungsi awalnya sebagai gedung kesenian pada 1984. 

3.     Teater Salihara – Jl. Salihara No. 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Berdiri di salah satu sudut kompleks Komunitas Salihara, sebuah pusat seni independen yang mulai dibuka pada 8 Agustus 2008 ini, Teater Salihara menjadi tempat pertunjukan bagi banyak seniman baik individual mau pun kelompok dari Indonesia mau pun mancanegara. Mulai dibuka pada 8 Agustus 2008, ruang pertunjukan yang dirancang oleh arsitek Adi Purnomo ini bisa menampung sekitar 270 penonton.  

4.      Ciputra Artpreneur Theatre – Jl. Prof. Dr. Satrio Kav 3 – 5, Ciputra World Lt. 11, Jakarta Selatan

Dibandingkan dengan gedung pertunjukan lain yang ada di Jakarta, Ciputra Artpreneur Theatre ini masih terbilang yang paling muda usianya. Dibuka pada 2014, teater ini bisa menampung hingga 1200 penonton. Kendati terbilang baru, teater ini segera saja menjadi destinasi pertunjukan yang ramai dikunjungi pencinta seni karena pertunjukan musikal klasik seperti Beauty and The Beast dan Sound of Music.


5.     Goethe Institute – Jl. Sam Ratulangi No.9-15, Jakarta Pusat
Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta, Goethe Institute memiliki sebuah ruang pertunjukan yang kerap menggelar berbagai pertunjukan mulai dari musik, tari, teater hingga pembacaan sastra, dan pemutaran film. Tak hanya menampilkan karya seniman-seniman Jerman, Goethe Institute juga memberi kesempatan bagi para seniman Indonesia dan Negara-negara lain untuk menampilkan karyanya di sana. Aktivitas pertunjukan dan seni lain yang terbilang tinggi, membuat 

6.     Erasmus Huis – Jl. H. R. Rasuna Said Blok C No. 3, Jakarta Selatan
Menjadi satu-satunya pusat kebudayaan yang dimiliki Kedutaan Besar Belanda di dunia, Erasmus Huis Jakarta memiliki program pertunjukan yang cukup variatif. Sama seperti Goethe Institute dan pusat kebudayaan Negara lain, Erasmus Huis juga banyak menggelar pertunjukan seniman-seniman asal Belanda di samping pertunjukan seniman-seniman Indonesia dan Negara lainnya.

7.     Wayang Orang Barata – Jl. Kalilio No. 15, Senen, Jakarta Pusat
Kelompok wayang orang yang mulai terbentuk pada 1963 ini awalnya bernama pancamurti, digagas oleh seniman wayang bernama Suyono. Mereka menampati gedung milik pemerintah DKI Jakarta yang pada 1971 sempat diminta kembali sehingga kelompok Pancamurti ini terpecah. Sebagian menetap di gedung tersebut dan membentuk perkumpulan wayang orang yang diberi nama Bharata dan sempat mengalami masa jaya karena minat masyarakat pada wayang orang masih cukup tinggi. Mereka bahkan pernah berpentas sampai ke beberapa Negara seperti Turki, Jerman dan Belanda. Gedung yang sekarang berdiri merupakan hasil renovasi yang dilakukan pada 1999 hingga 2004. Hingga saat ini, pementasan wayang orang dilakukan secara rutin setiap Sabtu malam. Minat masyarakat kembali meningkat membuat gedung itu cukup ramai dikunjungi tiap kali pertunjukan digelar saban akhir pekan.

8.     IFI Jakarta – Jl. M. H. Thamrin No. 20, Menteng, Jakarta Pusat
Gedung pusat kebudayaan milik Institut Francais d’Indonesie (IFI) atau Institut Perancis di Indonesia ini masih terbilang baru beroperasi dan dilengkapi sebuah ruang pertunjukan yang cukup representatif. IFI dulunya bernama Centre Culturel Francais (CCF). Seperti pusat kebudayaan lain, ruang pertunjukan IFI juga kerap menampilkan karya-karya seniman perancis, disamping mendukung sepenuhnya seniman Indonesia dengan menyediakan ruang selebarnya bagi seniman yang ingin melakukan pertunjukan. Komposer Ananda Sukarlan, dan band indie Bangkutaman, adalah dua dari banyak musisi dan seniman Indonesia yang pernah tampil di IFI. Selain di Jakarta, IFI juga ada di Bandung, Yogyakarta dan Surabaya yang juga memiliki auditorium yang bisa dipakai sebagai ruang pertunjukan.
 

9.     Miss Tjitjih – Jl. Kabel Pendek, Cempaka Baru, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Meski tak lagi rutin menggelar pertunjukan, keberadaan gedung pertunjukan Miss Tjitjih tak bisa dinafikkan dalam peta pertunjukan Indonesia, khususnya Jakarta. Di gedung yang berada di tengah permukiman di daerah Cempaka Baru itu, tersimpan sepenggal kisah perjalanan kelompok Sandiwara Sunda yang sudah mulai berkeliling menghibur pencintanya sejak 1928. Nama Miss Tjitjih diambil dari nama bintang panggung kelompok sandiwara itu.

10.       Balai Resital Kertanegara – Jl. Kertanegara No. 28, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Gedung yang dibangun di sebuah rumah di jalan Kertanegara Kebayoran lama ini, mulanya adalah tempat latihan Batavia Madrigal Singers dan Jakarta Chamber Orchestra yang dipimpin konduktor Avip Priatna. Dalam sebuah perbincangan, Giok Hartono, salah satu pengampu kelompok paduan suara tersebut, pernah bercerita bahwa keputusan membuat Balai Resital Kertanegara itu karena kadang mereka sering kesulitan mendapatkan gedung pertunjukan untuk konser atau resital. “Akhirnya kami putuskan untuk membuat sebuah ruang yang memadai untuk menggelar konser.” Meski masih berusia muda, ruang pertunjukan ini cukup aktif menggelar berbagai konser dan resital music.  

11.      Bentara Budaya Jakarta – Jl. Palmerah Selatan No. 17, Jakarta Pusat
Berbentuk rumah Kudus, Bentara Budaya Jakarta (BBJ) merupakan ruang seni kedua yang dibuat oleh Kelompok Kompas Gramedia (KKG) setelah Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) yang didirikan pada 26 September 1982. Tahun 2010, Bentara Budaya Bali (BBB) dibuka. Di ketiga tempat ini, ruang pamer utama bisa disulap menjadi auditorium di mana berbagai pertunjukan baik teater, tari, musik dan sebagainya kerap digelar.


12.      Aula Simfonia – Jl. Industri Blok 14 Kav. 1, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Dibuka pada 2009, Aula Simfonia dibangun untuk menjawab kebutuhan akan adanya concert hall yang layak yang awalnya dimaksudkan untuk konser-konser keagamaan. Dalam perjalanannya, berbagai konser umum juga digelar oleh kelompok-kelompok orchestra dari dalam dan luar negeri. Memiliki kapasitas 1200 tempat duduk, saat ini Aula Simfonia yang secara aktif menggelar berbagai konser music klasik ini telah menjadi salah satu destinasi penting bagi para pencinta music klasik.

13.      Usmar Ismail Hall – Jl. H. R. Rasuna Said Kav. C 22, Kuningan, Jakarta Selatan
Usmar Ismail Hall adalah sebuah ruang pertunjukan yang menjadi bagian dari Pusat Perfilman Usmar Ismail yang bisa menampung sekitar 430 penonton. Selain pemutaran film yang memang menjadi fungsi utama ruangan ini, resital music dan pertunjukan paduan suara, teater atau pembacaan sastra juga kerap digelar di sini.

14.      Teater Utan Kayu – Jl. Utan Kayu
Merupakan bagian dari Komunitas Utan Kayu yang digagas Goenawan Mohamad bersama Aristides Katoppo, Mochtar Pabottinggi, Mara Mohamad Sunjaya, Ashadi Siregar dan beberapa aktivis pers lain, Teater Utan Kayu didirikan pada Agustus 1997 dengan ruangan berkapasitas 150 penonton. TUK menekankan perkembangan seni pertunjukan yang tidak komersial.


15.      Auditorium Galeri Indonesia Kaya – Grand Indonesia West Mall Lt. 8
Berada di pusat perbelanjaan besar di Jakarta, Galeri Indonesia Kaya (GIK) yang dibuka pada 2013 berhasil memberi akses bagi masyarakat urban untuk berkenalan dengan berbagai macam seni pertunjukan. Di Auditorium yang berkapasitas 150, berbagai program pertunjukan seni dari yang popular hingga seni tinggi digelar secara rutin. Martinus Miroto, Bulan Trisna Djelantik, Didik Nini Thowok, juga Sapardi Djoko Damono adalah beberapa seniman tari dan sastrawan yang pernah tampil di GIK.

16. Italian Cultural Institute/Istituto Italiano di Cultura – Jl. HOS Cokroaminoto No. 117 Menteng, Jakarta Pusat
Di rumah yang disulap menjadi pusat kebudayaan yang berada di sebuah sudut jalan HOS Cokroaminoto ini terdapat sebuah ruangan yang biasa menjadi ruang pamer dan aula pertunjukan, kebanyakan recital music atau pembacaan sastra.